Kikis kikis kikis kikiss
Pisau. Alat pertama yang aku pegang sejak lahir, Aku masih sangat muda saat ayah memberikannya padaku. Umurku 10 tahun. Ayah ku seorang pemahat. Dia mengajariku cara menggunakan pisau. Mengajari cara menjadi seorang pria.
Hoo Hoo
Dengan pemikiran dan bakat artistik ku hari itu aku menyelesaikan apa yang kukerjakan selama 10 tahun ini, memahat patung ayah. Akhirnya mahakarya ku selesai.
Ayah: mulai sekarang kau harus berhati - hati didunia ini, hanya kaulah putra ku. "Meraih rambut sambil memutar - mutarnya". Berhati - hatilah, didunia ini. Banyak orang - orang jahat. Aku tak ingin kau terluka. Jangan percaya siapapun selain master dari keluarga kangkang, Kau paham?
Ada wabah mematikan, yang merenggut semua nyawa warga desa. Master dari keluarga kang meninggal 3 hari yang lalu. Aku dan ayah adalah satu - satunya yang tersisa. Kami tinggal di gunung belakang desa. Aku memutuskan tidak memberitahu ayah tentang hal itu.
Aku: "nood nood mengangguk" Yeah
Ayah: aku sangat bangga padamu putraku.. Kau paling pintar.. Paling tampan, berbahagialah dan baiklah kepada orang lain.. TEGARLAH..
Ayahku memiliki senyum yang cantik. Memiliki~"Ho". Aku harus bahagia, agar ayahku juga bahagia.
Usap.. Usap
Fiuuhhh
Sambil memandang patung ayah yang telah selesai aku pahat. Tiba - tiba aku merasa hampa yang tak tertahankan. Hmmm. ... Jika kutinggalkan ayah begini saja, apakah dia akan kesepian?. Untungnya disebelah ayah ada kuburan ibu.
Aku punya bakat yang artistic tapi aku tidaklah istimewa.
Tangan ku cepat takkan bertahan lama sebelum mahakarya yang baru lahir. Ibu ku
meninggal 5 tahun lalu jadi aku tak banyak ingat tentangnya, tapi aku ingat dia
adalah perempuan yang sangat cantik.
Akhirnya aku menyelesaikan kedua pahatannya.
Kakek tua asing: makam ini kau sendiri yang
membuatnya.
Begitulah caraku bertemu dengan master terkutukku. Ayah
berpesan agar waspadaterhadap orang asing, jadi aku takt ahu harua kah aku
berbicara pada oratua yang mencurigakan ini.
Kakek tua asing: makam ini benar kau yang mambuatnya?
Tapi sebagai anak kecil, aku harus menghormati orang yang
lebih tua, jika dia bertingkah seperti penurut, aku akan balik menghormatinya.
Aku: “dun.. dun..” ya
Kakek tua asing: Hmm… pahatan kayu ini kau yang membuatnya?
Aku: Ya! "Bangga sambil melipat tangan"
Kakek tua asing: Hmm... .....
Aku: (lihat saja umurnya, dia pasti memintaku membuatkan pahatan untuk kuburanya.
Kakek tua asing: maukah kau ikut bersama ku?
Aku: ? , kenapa? Aku? Maksudku kenapa kau ingin aku ikut?
Kakek tua asing: uhhhh.. Jika kau ikut dengan ku.....
Aku: "greessss kawatir.... Gressss kawatir"
Kakek tua asing: jika kau ikut dengan ku, aku akan mengajarimu tekhnik beladiri terbaik didunia.
Aku: ayolah, bercanda ya! Apa yang kau bicarakan? Kenapa aku harus percaya omong kosong mu?
Kakek tua asing: hehehehe.. Coba lihat ini..
Lift.. Rustle.. Kakek tua asing melirik dan menekan pukulan horizontal kearah pepohonan dan menyebabkan kerusakan sejauh 100 meter. Rustel.. rustle.. Bruaaakkkkkkkk.. Dummmmm
Aku: !!!!!!???? Aku tidak percaya bahwa orang tua ini tau tekhnik beladiri yang hebat. Sejujurnya...
Kakek tua asing: gimana? kau ingin belajar sekarang?
Aku: "tampaknya itu tekhnik beladiri yang sangat hebat. lagipula, tak ada tempat yang bisa ku tuju.
Saat itu aku memutuskan, ku ingin memanfaatkan hidup ini sebaik mungkin.
Aku: baiklah ayo.. "Mengulurkan tangan"
Aku ingin membuat keputusan bodoh, jadi kuterima kesempatan itu.
................INI ADALAH AWAL DARI TAKTID BERDARAH..........
Komentar